SahabatQQ - Ami bukanlah seoarang pelacur tetapi dia sering menari telanjang di depan orang orang yang menyewanya.
Donna sendiri baru mengetahui ini beberapa bulan yang lalu, dan Donna sudah berjanji untuk tutup mulut mengenai hal itu. Bagi Donna itu bukan masalah, karena paling tidak Ami tidak serendah pelacur yang mau ditiduri oleh setiap orang, lagipula bagi Donna dia adalah temannya yang paling berharga
Orang-orang yang akan menyewa Ami di akhir minggu ini meminta ia dan seorang pelayan wanita yang mau bertelanjang dada untuk menyuguhkan bir pada mereka. Ami menawari Donna sebanyak 1 juta untuk bekerja sama dengan dia. Tawaran Ami sebenarnya menarik bagi Donna, tapi Donna sama sekali tidak berniat bertelanjang dada di hadapan laki-laki yang sedang berpesta.
Donna lalu menawarkan diri untuk membantu menjadi pelayan tapi dengan mengenakan pakaian. Ami lalu menawari Donna hanya 250 ribu tapi karena ia sangat butuh uang maka ia juga setuju dengan tawaran Donna. Ami lalu mengatakan kapan waktu dan tempatnya dan semuanya sudah disiapkan.
Walaupun Donna tidak ingin melepaskan pakaiannya, tapi ia ingin membuat pekerjaan Ami memuaskan pelanggannya. Donna kemudian memutuskan untuk mengenakan bikini berwarna biru sebelum ia memakai t-shirt putih ketat dan celana hitamnya. Kalau pesta kali ini berjalan lancar mungkin Ami mau memakainya lagi dilain waktu pikir Donna.
Donna sama sekali tidak berharap perhatian orang-orang itu akan tertuju kepadanya, apalagi Ami ada di sana, karena Ani yang akan telanjang dan tubuh Ami jauh lebih bagus dari tubuh Donna. Donna sama sekali tidak berharap bahwa buah dadanya yang berukuran 32B akan menarik perhatian orang bila dibandingkan dengan milik Ami yang 38C itu.
Setelah Donna berpakaian, Ami menelepon Donna dan mengatakan ia masih bisa mengantar Donna pulang ke rumahnya nanti tapi ia tidak bisa menjemput Donna. Donna mengatakan itu bukan masalah, ia akan naik taksi. Ami memberikan alamat vila tempat pesta itu dan berkata akan menemui Donna di sana. Donna sama sekali salah memperkirakan jarak dan waktu, dan ia sampai sejam sebelum waktu yang dikatakan oleh Ami. Malam itu dingin sekali, dan Donna sama sekali tidak ingin berdiri sendirian di luar, jadi ia menuju pintu dan mengetuk pintu. Seorang yang tampan dan kekar membuka pintu.
“Halo! Saya Freddy! Silakan masuk! Hei temen-temen! Penarinya udah dateng nih!”
“Tunggu, bukan, bukan, tunggu dulu”, Donna memerah, dan berbicara cepat-cepat. “Saya pelayannya! Ami akan datang sejam lagi!”.
“Oh, oke, ayo sekarang biar saya bantu lepasin mantel dan kaos kamu, dan kamu bisa mulai menyuguhkan minuman.”
Wajah Donna memerah lagi.
“Saya pikir Ami sudah bilang kalau saya tidak akan telanjang dada di sini, maaf.”
Freddy tampak kecewa sekali. Donna mengambil nafas dalam-dalam.
“Begini saja, saya buka kaos saya dan saya pakai bikini di bagian atas bagaimana?” Donna melepaskan kaosnya, puting susunya langsung mecuat karena udara dingin. Ia merasa jengah pada saat itu.
“Yah, okelah, paling tidak si Ami nanti akan telanjang juga. Saya simpan kaos dan mantel kamu di lemari ini ya.”
Di sana ada gentong dari kayu yang berisi bir dengan keran di bawahnya, juga ada cangkir-cangkir plastik. Pekerjaan Donna hanya mengisi cangkir itu dan menyuguhkannya pada orang yang memintanya. Ada sekitar tiga puluh laki-laki di ruangan itu, dan itu membuat Donna sibuk sekali.
Dan percakapan mereka ternyata mereka adalah mandor-mandor yang akan berpesta setelah pekerjaan mereka membangun gedung pencakar langit selesai. Donna sendiri tidak tahu berapa bayaran Ami tapi ia sedikit heran bagaimana mandor-mandor bangunan itu dapat membayar tarif Ami yang Donna kira bisa diatas dua juta semalam.
Semua orang-orang itu bertingkah sopan, kecuali seorang yang terus berusaha menarik ikatan bikin Donna hingga hampir terlepas sampai lima kali, Donna juga menikmati pekerjaannya. Donna menyukai musik yang diputar dari CD Player, ia lama-kelamaan terhanyut dan menari-nari kecil ketika menunggu seseorang yang meminta bir lagi. Freddy dan teman-temannya bertepuk tangan ketika melihat Donna menari.
Donna sendiri sudah minum beberapa gelas bir, dan memutuskan untuk memberikan hiburan sedikit, ia menendang sepatu yang dipakainya dan sambil menari sensual ia menurunkan celananya, membuat ia hanya tinggal mengenakan bikini. Donna sedang membereskan cangkir-cangkir di meja bar ketika ia mendengar telepon berbunyi. Freddy mengangkatnya
“Yep, ini gue…, Apa?, Waduh, masa kamu nggak bisa numpang temen sih? Yah, ya udah deh, beginian kok terjadi sih? Oh ya, nanti gue kasih tau. Oke, nggak pa-pa, kita oke di sini kok. Bye.”
“Temen-temen! Penarinya baru telepon tadi, mobilnya rusak berat, dan dia nggak bisa dateng!”.
Tiba-tiba Donna merasa sendiri. Donna kemudian meminta maaf untuk Ami sekali lagi. Dan ia meminta agar mantel dan kaosnya diambilkan.
“Saya akan mengerti kalau kamu menolak tawaran ini, tapi saya dan temen-temen akan bayar satu setengah juta kalau kamu mau tetap tinggal dan telanjang dada.”
Ia mengeluarkan ikatan uang dari saku celananya. Donna merasakan angin dingin di seluruh tubuhnya, tapi ia menerima uang itu. Ia memasukan uang itu ke cangkir yang ada di bar, dan menari di hadapan mereka sembari melepaskan ikatan bikini bagian atasnya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Freddy mengambilnya dan membawanya keluar menaruhnya bersama barang-barang Donna yang lain.
Selama beberapa menit berikutnya, Donna menari dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya, dan bergerak dengan kikuk. Mereka tertawa geli dengan kekikukan Donna dan membuat Donna juga tertawa. Donna kemudian mulai menari lebih cepat bergantian dengan pria yang satu ke pria yang lain. Donna membiarkan mereka menyentuh puting susunya, memegangnya dan menjilatinya.
Donna menikmati semua itu hingga tiba-tiba ia merasa bikini bawahnya ditarik turun hingga ke lututnya. Ia menjerit dan cepat menariknya kembali ke atas hingga ia terjatuh ke lantai. Seseorang yang gemuk dan kasar berdiri di hadapan Donna sambil tertawa. Dua orang membantu Donna berdiri, Freddy berlari mendekat dan menyuruh orang gendut tadi menjauh. Kemudian ia memandang Donna
“Hei, ini satu setengah juta lagi, bisa kan kamu lepas bagian bawah kamu juga?” Donna menggelengkan kepalanya, Freddy kemudian mengeluarkan semua uang dari sakunya.
“Kami cuma punya ini, kamu dapet tiga setengah juta. Itu lebih banyak dari bayaran untuk Ami. Ayolah.”
Tangan Donna gemetar ketika ia mengambil uang itu. Donna tidak tahu ia gemetar karena ia akan telanjang bulat atau karena ia baru saja menerima uang yang banyak, tapi Donna sangat gugup sekarang. Donna menaruh uang tadi ke cangkir dan meminum secangkir penuh bir. Ia hampir tersedak tapi ia hanya tertawa dan mulai menari lagi.
Ketika Donna menarik bikininya turun ia berbalik dan mengoyangkan pantatnya kepada penonton. Kemudian ia berbalik lagi dan melemparkan bikiniya ke Freddy dan mulai menari telanjang bulat, tangan Donna terbuka lebar memperlihatkan seluruh tubuhnya, tak tertutup selembar benangpun. Freddy menghilang sebentar dan kembali lagi.
Setelah satu lagi selesai, Donna kembali mengedarkan minuman, dan ia duduk di pangkuan setiap laki-laki yang membutuhkan bir. Pantat Donna berulang kali dipukul, dicubit dan diremas oleh mereka. Donna juga sempat menari bersama mereka, tangan-tangan mereka biasanya mendarat di kedua belahan pantat Donna ketika mereka menari bersama.
Donna melihat Freddy berdiri dan mengamati dirinya. Donna menjauh dari pria yang sedang berdansa dengannya dan mendekat pada Freddy dengan tangan terbuka. Sebelum tangan Freddy sempat menarik tangan Donna, pria yang tadi menarik bikini Donna, tiba-tiba sudah berjalan di hadapan Donna. Di bawah perutnya tampak tonjolan yang besar sekali.
“Sekarang lo musti kulum punya gue!” Ia mendorong Donna hingga jatuh berlutut. Ketika Donna berusaha berdiri lagi, dua pria memegangi tangannya dan menahannya gara tetap berlutut. Donna meronta-ronta, ia melihat Freddy berlari mendekat, wajahnya tampak marah. Hati Donna sedikit tenang, merasa akan ditolong. Donna menatap Freddy dan menyadari ternyata ia marah terhadap dirinya.
“Denger, nona manis! Kita sudah bayar lo tiga juta lebih! Kita mengharapkan servis lo dari duit sebanyak itu tau?!” Ia mengambil cangkir berisi uang Donna dan memasukkannya lagi ke saku celananya.
“Lo tau, semenit yang lalu lo mungkin seperti cewek panggilan kelas tinggi, tapi sekarang lo cuma cewek murahan! Yang dia mau cuma masuk ke mulut lo, dan sekarang setiap orang akan dapet giliran paling nggak satu kali!”
Pria gendut itu maju dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Donna. Tubuhnya bau keringat. Donna tersedak karena ukuran penis itu dan juga karena rasa dan bau dari penis pria itu. Testis orang itu yang berambut dan besar memukul-mukul dagu Donna ketika pria itu bergerak keluar masuk di mulut Donna.
Dia kemudian menarik penisnya keluar dan meyemburkan sperma kental ke dalam mulut Donna yang terbuka, kemudian ke wajahnya. Semua orang bersorak, dan pria lain maju dan memasukan penisnya ke mulut Donna. Penisnya tidak terlalu besar dan baunya tidak menyengat seperti tadi. Dunia Donna seakan berputar-putar, ia tidak bisa lagi memusatkan perhatiannya. Pria tadi menyeburkan spermanya masuk ke mulut Donna dan pria lain maju menggantikannya.
Setelah sedikitnya tujuh orang melumuri wajah Donna dengan sperma mereka, Donna didorong hingga jatuh di atas lutut dan tangannya. Freddy mendekat dari belakang Donna. Ia juga berlutut dan memegang pinggul Donna. Dengan satu dorongan kasar, ia memasukan penisnya ke vagina Donna. Donna tersentak dan memohon Freddy untuk berhenti. Ia bahkan menawarkan untuk melayani Freddy di tempat lain, di tempat yang lebih tertutup, tapi ia hanya tertawa. Semua orang berkumpul dan menonton Donna diperkosa tak berdaya.
Setelah beberapa lama, menjerit-jerit kesakitan dan melolong ketika penis Freddy merobek selaput daranya, Freddy memuntahkan spermanya ke dalam vagina Donna dan menariknya keluar. Pria lain maju dan memasukan penisnya ke vagina Donna sementara yang lain masuk ke mulutnya.
Keduanya langsung bergerak sendiri-sendiri, tapi kemudian mulai bergerak berirama, keluar masuk tubuh Donna dari depan dan belakang. Mereka lebih cepat mencapai orgasme dalam vagina Donna, tapi Donna tidak menyadari itu semua, karena ia terus menangis dan memohon mereka untuk berhenti.
Kemudian Donna mendengar suara pria gendur tadi berbicara, tapi ia tidak mendengar dengan jelas, tapi pria yang ada di belakangnya langsung merebahkan dirinya hingga sekarang ia masuk dari bawah Donna dengan Donna terbaring merangkak di atasnya, sementara pria di mulut Donna menari penisnya tanpa sempat orgasme.
Donna kemudian merasakan sesuatu yang besar dan keras mendorong masuk anusnya. Donna tidak bisa mengeluarkan jeritan, tapi ia langsung meronta tak terkendali, kakinya menendang-nendang, tangannya mengibas-mengibas. Pria itu terus mendorong, dan Donna langsung merasa perih dan nyeri dan sadar ia telah berdarah-darah.
Pria itu terus mendorong lebih keras dan perlahan mulai masuk ke anus Donna, sementara dua pria yang lain terus bergerak keluar masuk tak peduli dengan kesakitan Donna. Pria gendut itu sudah setengah masuk ketika ia berhenti dan memegang pinggul Donna.
Donna menjerit-jerit tak terkendali ketika pria itu dengan paksa mendorong penisnya masuk ke anus Donna seluruhnya. Pria itu mulai bergerak, perlahan pada mulanya, tapi lama kelamaan darah dari anus Donna membuat gerakannya makin cepat dan lancar. Kedua pria itu mulai bergerak bersama-sama, dan ketika jeritan Donna mulai lirih dan ia hanya merintih, kembali penis masuk ke mulutnya.
Tiga buah penis bergerak keluar masuk dari tubuh Donna, Donna merasa dirinya lumpuh tak bisa bergerak dan kesakitan. Tangan Donna juga dipaksa untuk mengocok dua buah penis lain. Dan hampir bersamaan, semuanya berejakulasi, di mulut, vagina, anus dan kedua tangan Donna, membuat tubuh Donna berlumuran sperma. Setelah mereka menarik penisnya keluar dari tubuh Donna, Donna melihat Ami berdiri di depannya.
“Ami, tolong aku! Tolong! Lihat apa yang mereka lakukan!” Ami hanya tertawa.
“Oh Donna, lo naif sekali sih? Ini semua renca gue tau?! Gue benci lo! Lo dan badan lo yang ramping itu, bikin seluruh mahasiswa tertarik sama lo. Lo inget Johan? Dia tunangan gue waktu lo ketemu dia?”.
“Johan? Tapi dia nggak bilang apa-apa waktu itu, dia…”.
Sebelum sempat Donna menyelesaikan perkataanya, Freddy sudah mendekat dan mengangsurkan uang tadi ke Ami.
“Nih, Mi. Ini bener-bener memuaskan!”.
“Sebenarnya nggak. Dengan begini aja gue udah puas, simpen aja uang lo. Tapi gue musti dapetin video yang lo rekam tadi ya.”
“Nggak masalah, thanks ya!”.
Setelah Ami pergi, setiap orang kembali mengambil gilirannya atas Donna, setiap orang memperkosa Donna setidaknya dua kali. Freddy kemudian mendekat dan mengumpulkan setiap orang.
“Kita musti berterima kasih pada Ami buat hadiah ini, dan jangan lupa kita juga musti berterima kasih pada Donna atas pelayanannya. Dan setiap orang berbaris bergantian meremas buah dada Donna hingga memar keunguan.
“Pesta udah selesai sayang! Lo musti pergi dari sini.” Kata Freddy di depan wajah Donna yang setengah sadar.
“Baju saya, mana baju saya, saya mohon kembalikan baju saya.” Kata Donna lirih.
“Baju lo ada di halaman belakang, lo musti amblil sendiri soalnya kita semua mau pulang sekarang.”
Donna merangkak menuju sebuah pintu yang menghubungkan ruangan itu dengan halaman belakang villa itu. Freddy membukakan pintu bagi Donna, dan ketika Donna merangkak keluar, Freddy menendang pantat Donna hingga ia tersungkur ke halaman belakang.
Kemudian Freddy menutup pintu dan terdengar suara kunci diputar. Donna memandang sekelilingnya tapi ia tidak melihat pakaiannya. Tubuh dan rambut Donna terasa lengket dan tubuhnya menggigil kedinginan. Kemudian Donna melihat ke atas dan melihat pakaiannya di atas digantungkan di atas kawat telepon yang melintas, sama sekali tidak terjangkau oleh Donna.
Dan ketika Donna masih dalam keadaan merangkak, ia mendengar sesuatu berlari medekatinya, Donna berusaha berbalik untuk melihat siapa itu, tapi mahluk itu sudah melompat dan menyergap tubuh Donna dari belakang, sebuah penis masuk dengan mudah ke dalam vagina Donna. Donna meronta-ronta ditindih mahluk itu dari belakang, tapi ia terlalu kuat bagi Donna yang telah lemas.
Tiba-tiba penis di dalam vagina Donna bergetar dan makin membesar. Hingga seukuran pergelangan tangan Donna, penis itu terjepit di dalam vagina Donna, tanpa bisa ditarik keluar. Dan mahluk itu lalu mengonggong dan melolong, dan setelah sejam kemudian penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Donna, kemudian ditarik keluar. Donna langsung tersungkur ke depan dan berbaring telentang. Satu hal yang terlihat jelas oleh Donna adalah wajah seekor anjing besar mendekat ke wajahnya dengan lidah terjulur
Donna sendiri baru mengetahui ini beberapa bulan yang lalu, dan Donna sudah berjanji untuk tutup mulut mengenai hal itu. Bagi Donna itu bukan masalah, karena paling tidak Ami tidak serendah pelacur yang mau ditiduri oleh setiap orang, lagipula bagi Donna dia adalah temannya yang paling berharga
Orang-orang yang akan menyewa Ami di akhir minggu ini meminta ia dan seorang pelayan wanita yang mau bertelanjang dada untuk menyuguhkan bir pada mereka. Ami menawari Donna sebanyak 1 juta untuk bekerja sama dengan dia. Tawaran Ami sebenarnya menarik bagi Donna, tapi Donna sama sekali tidak berniat bertelanjang dada di hadapan laki-laki yang sedang berpesta.
Donna lalu menawarkan diri untuk membantu menjadi pelayan tapi dengan mengenakan pakaian. Ami lalu menawari Donna hanya 250 ribu tapi karena ia sangat butuh uang maka ia juga setuju dengan tawaran Donna. Ami lalu mengatakan kapan waktu dan tempatnya dan semuanya sudah disiapkan.
Walaupun Donna tidak ingin melepaskan pakaiannya, tapi ia ingin membuat pekerjaan Ami memuaskan pelanggannya. Donna kemudian memutuskan untuk mengenakan bikini berwarna biru sebelum ia memakai t-shirt putih ketat dan celana hitamnya. Kalau pesta kali ini berjalan lancar mungkin Ami mau memakainya lagi dilain waktu pikir Donna.
Donna sama sekali tidak berharap perhatian orang-orang itu akan tertuju kepadanya, apalagi Ami ada di sana, karena Ani yang akan telanjang dan tubuh Ami jauh lebih bagus dari tubuh Donna. Donna sama sekali tidak berharap bahwa buah dadanya yang berukuran 32B akan menarik perhatian orang bila dibandingkan dengan milik Ami yang 38C itu.
Setelah Donna berpakaian, Ami menelepon Donna dan mengatakan ia masih bisa mengantar Donna pulang ke rumahnya nanti tapi ia tidak bisa menjemput Donna. Donna mengatakan itu bukan masalah, ia akan naik taksi. Ami memberikan alamat vila tempat pesta itu dan berkata akan menemui Donna di sana. Donna sama sekali salah memperkirakan jarak dan waktu, dan ia sampai sejam sebelum waktu yang dikatakan oleh Ami. Malam itu dingin sekali, dan Donna sama sekali tidak ingin berdiri sendirian di luar, jadi ia menuju pintu dan mengetuk pintu. Seorang yang tampan dan kekar membuka pintu.
“Halo! Saya Freddy! Silakan masuk! Hei temen-temen! Penarinya udah dateng nih!”
“Tunggu, bukan, bukan, tunggu dulu”, Donna memerah, dan berbicara cepat-cepat. “Saya pelayannya! Ami akan datang sejam lagi!”.
“Oh, oke, ayo sekarang biar saya bantu lepasin mantel dan kaos kamu, dan kamu bisa mulai menyuguhkan minuman.”
Wajah Donna memerah lagi.
“Saya pikir Ami sudah bilang kalau saya tidak akan telanjang dada di sini, maaf.”
Freddy tampak kecewa sekali. Donna mengambil nafas dalam-dalam.
“Begini saja, saya buka kaos saya dan saya pakai bikini di bagian atas bagaimana?” Donna melepaskan kaosnya, puting susunya langsung mecuat karena udara dingin. Ia merasa jengah pada saat itu.
“Yah, okelah, paling tidak si Ami nanti akan telanjang juga. Saya simpan kaos dan mantel kamu di lemari ini ya.”
Di sana ada gentong dari kayu yang berisi bir dengan keran di bawahnya, juga ada cangkir-cangkir plastik. Pekerjaan Donna hanya mengisi cangkir itu dan menyuguhkannya pada orang yang memintanya. Ada sekitar tiga puluh laki-laki di ruangan itu, dan itu membuat Donna sibuk sekali.
Dan percakapan mereka ternyata mereka adalah mandor-mandor yang akan berpesta setelah pekerjaan mereka membangun gedung pencakar langit selesai. Donna sendiri tidak tahu berapa bayaran Ami tapi ia sedikit heran bagaimana mandor-mandor bangunan itu dapat membayar tarif Ami yang Donna kira bisa diatas dua juta semalam.
Semua orang-orang itu bertingkah sopan, kecuali seorang yang terus berusaha menarik ikatan bikin Donna hingga hampir terlepas sampai lima kali, Donna juga menikmati pekerjaannya. Donna menyukai musik yang diputar dari CD Player, ia lama-kelamaan terhanyut dan menari-nari kecil ketika menunggu seseorang yang meminta bir lagi. Freddy dan teman-temannya bertepuk tangan ketika melihat Donna menari.
Donna sendiri sudah minum beberapa gelas bir, dan memutuskan untuk memberikan hiburan sedikit, ia menendang sepatu yang dipakainya dan sambil menari sensual ia menurunkan celananya, membuat ia hanya tinggal mengenakan bikini. Donna sedang membereskan cangkir-cangkir di meja bar ketika ia mendengar telepon berbunyi. Freddy mengangkatnya
“Yep, ini gue…, Apa?, Waduh, masa kamu nggak bisa numpang temen sih? Yah, ya udah deh, beginian kok terjadi sih? Oh ya, nanti gue kasih tau. Oke, nggak pa-pa, kita oke di sini kok. Bye.”
“Temen-temen! Penarinya baru telepon tadi, mobilnya rusak berat, dan dia nggak bisa dateng!”.
Tiba-tiba Donna merasa sendiri. Donna kemudian meminta maaf untuk Ami sekali lagi. Dan ia meminta agar mantel dan kaosnya diambilkan.
“Saya akan mengerti kalau kamu menolak tawaran ini, tapi saya dan temen-temen akan bayar satu setengah juta kalau kamu mau tetap tinggal dan telanjang dada.”
Ia mengeluarkan ikatan uang dari saku celananya. Donna merasakan angin dingin di seluruh tubuhnya, tapi ia menerima uang itu. Ia memasukan uang itu ke cangkir yang ada di bar, dan menari di hadapan mereka sembari melepaskan ikatan bikini bagian atasnya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Freddy mengambilnya dan membawanya keluar menaruhnya bersama barang-barang Donna yang lain.
Selama beberapa menit berikutnya, Donna menari dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya, dan bergerak dengan kikuk. Mereka tertawa geli dengan kekikukan Donna dan membuat Donna juga tertawa. Donna kemudian mulai menari lebih cepat bergantian dengan pria yang satu ke pria yang lain. Donna membiarkan mereka menyentuh puting susunya, memegangnya dan menjilatinya.
Donna menikmati semua itu hingga tiba-tiba ia merasa bikini bawahnya ditarik turun hingga ke lututnya. Ia menjerit dan cepat menariknya kembali ke atas hingga ia terjatuh ke lantai. Seseorang yang gemuk dan kasar berdiri di hadapan Donna sambil tertawa. Dua orang membantu Donna berdiri, Freddy berlari mendekat dan menyuruh orang gendut tadi menjauh. Kemudian ia memandang Donna
“Hei, ini satu setengah juta lagi, bisa kan kamu lepas bagian bawah kamu juga?” Donna menggelengkan kepalanya, Freddy kemudian mengeluarkan semua uang dari sakunya.
“Kami cuma punya ini, kamu dapet tiga setengah juta. Itu lebih banyak dari bayaran untuk Ami. Ayolah.”
Tangan Donna gemetar ketika ia mengambil uang itu. Donna tidak tahu ia gemetar karena ia akan telanjang bulat atau karena ia baru saja menerima uang yang banyak, tapi Donna sangat gugup sekarang. Donna menaruh uang tadi ke cangkir dan meminum secangkir penuh bir. Ia hampir tersedak tapi ia hanya tertawa dan mulai menari lagi.
Ketika Donna menarik bikininya turun ia berbalik dan mengoyangkan pantatnya kepada penonton. Kemudian ia berbalik lagi dan melemparkan bikiniya ke Freddy dan mulai menari telanjang bulat, tangan Donna terbuka lebar memperlihatkan seluruh tubuhnya, tak tertutup selembar benangpun. Freddy menghilang sebentar dan kembali lagi.
Setelah satu lagi selesai, Donna kembali mengedarkan minuman, dan ia duduk di pangkuan setiap laki-laki yang membutuhkan bir. Pantat Donna berulang kali dipukul, dicubit dan diremas oleh mereka. Donna juga sempat menari bersama mereka, tangan-tangan mereka biasanya mendarat di kedua belahan pantat Donna ketika mereka menari bersama.
Donna melihat Freddy berdiri dan mengamati dirinya. Donna menjauh dari pria yang sedang berdansa dengannya dan mendekat pada Freddy dengan tangan terbuka. Sebelum tangan Freddy sempat menarik tangan Donna, pria yang tadi menarik bikini Donna, tiba-tiba sudah berjalan di hadapan Donna. Di bawah perutnya tampak tonjolan yang besar sekali.
“Sekarang lo musti kulum punya gue!” Ia mendorong Donna hingga jatuh berlutut. Ketika Donna berusaha berdiri lagi, dua pria memegangi tangannya dan menahannya gara tetap berlutut. Donna meronta-ronta, ia melihat Freddy berlari mendekat, wajahnya tampak marah. Hati Donna sedikit tenang, merasa akan ditolong. Donna menatap Freddy dan menyadari ternyata ia marah terhadap dirinya.
“Denger, nona manis! Kita sudah bayar lo tiga juta lebih! Kita mengharapkan servis lo dari duit sebanyak itu tau?!” Ia mengambil cangkir berisi uang Donna dan memasukkannya lagi ke saku celananya.
“Lo tau, semenit yang lalu lo mungkin seperti cewek panggilan kelas tinggi, tapi sekarang lo cuma cewek murahan! Yang dia mau cuma masuk ke mulut lo, dan sekarang setiap orang akan dapet giliran paling nggak satu kali!”
Pria gendut itu maju dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Donna. Tubuhnya bau keringat. Donna tersedak karena ukuran penis itu dan juga karena rasa dan bau dari penis pria itu. Testis orang itu yang berambut dan besar memukul-mukul dagu Donna ketika pria itu bergerak keluar masuk di mulut Donna.
Dia kemudian menarik penisnya keluar dan meyemburkan sperma kental ke dalam mulut Donna yang terbuka, kemudian ke wajahnya. Semua orang bersorak, dan pria lain maju dan memasukan penisnya ke mulut Donna. Penisnya tidak terlalu besar dan baunya tidak menyengat seperti tadi. Dunia Donna seakan berputar-putar, ia tidak bisa lagi memusatkan perhatiannya. Pria tadi menyeburkan spermanya masuk ke mulut Donna dan pria lain maju menggantikannya.
Setelah sedikitnya tujuh orang melumuri wajah Donna dengan sperma mereka, Donna didorong hingga jatuh di atas lutut dan tangannya. Freddy mendekat dari belakang Donna. Ia juga berlutut dan memegang pinggul Donna. Dengan satu dorongan kasar, ia memasukan penisnya ke vagina Donna. Donna tersentak dan memohon Freddy untuk berhenti. Ia bahkan menawarkan untuk melayani Freddy di tempat lain, di tempat yang lebih tertutup, tapi ia hanya tertawa. Semua orang berkumpul dan menonton Donna diperkosa tak berdaya.
Setelah beberapa lama, menjerit-jerit kesakitan dan melolong ketika penis Freddy merobek selaput daranya, Freddy memuntahkan spermanya ke dalam vagina Donna dan menariknya keluar. Pria lain maju dan memasukan penisnya ke vagina Donna sementara yang lain masuk ke mulutnya.
Keduanya langsung bergerak sendiri-sendiri, tapi kemudian mulai bergerak berirama, keluar masuk tubuh Donna dari depan dan belakang. Mereka lebih cepat mencapai orgasme dalam vagina Donna, tapi Donna tidak menyadari itu semua, karena ia terus menangis dan memohon mereka untuk berhenti.
Kemudian Donna mendengar suara pria gendur tadi berbicara, tapi ia tidak mendengar dengan jelas, tapi pria yang ada di belakangnya langsung merebahkan dirinya hingga sekarang ia masuk dari bawah Donna dengan Donna terbaring merangkak di atasnya, sementara pria di mulut Donna menari penisnya tanpa sempat orgasme.
Donna kemudian merasakan sesuatu yang besar dan keras mendorong masuk anusnya. Donna tidak bisa mengeluarkan jeritan, tapi ia langsung meronta tak terkendali, kakinya menendang-nendang, tangannya mengibas-mengibas. Pria itu terus mendorong, dan Donna langsung merasa perih dan nyeri dan sadar ia telah berdarah-darah.
Pria itu terus mendorong lebih keras dan perlahan mulai masuk ke anus Donna, sementara dua pria yang lain terus bergerak keluar masuk tak peduli dengan kesakitan Donna. Pria gendut itu sudah setengah masuk ketika ia berhenti dan memegang pinggul Donna.
Donna menjerit-jerit tak terkendali ketika pria itu dengan paksa mendorong penisnya masuk ke anus Donna seluruhnya. Pria itu mulai bergerak, perlahan pada mulanya, tapi lama kelamaan darah dari anus Donna membuat gerakannya makin cepat dan lancar. Kedua pria itu mulai bergerak bersama-sama, dan ketika jeritan Donna mulai lirih dan ia hanya merintih, kembali penis masuk ke mulutnya.
Tiga buah penis bergerak keluar masuk dari tubuh Donna, Donna merasa dirinya lumpuh tak bisa bergerak dan kesakitan. Tangan Donna juga dipaksa untuk mengocok dua buah penis lain. Dan hampir bersamaan, semuanya berejakulasi, di mulut, vagina, anus dan kedua tangan Donna, membuat tubuh Donna berlumuran sperma. Setelah mereka menarik penisnya keluar dari tubuh Donna, Donna melihat Ami berdiri di depannya.
“Ami, tolong aku! Tolong! Lihat apa yang mereka lakukan!” Ami hanya tertawa.
“Oh Donna, lo naif sekali sih? Ini semua renca gue tau?! Gue benci lo! Lo dan badan lo yang ramping itu, bikin seluruh mahasiswa tertarik sama lo. Lo inget Johan? Dia tunangan gue waktu lo ketemu dia?”.
“Johan? Tapi dia nggak bilang apa-apa waktu itu, dia…”.
Sebelum sempat Donna menyelesaikan perkataanya, Freddy sudah mendekat dan mengangsurkan uang tadi ke Ami.
“Nih, Mi. Ini bener-bener memuaskan!”.
“Sebenarnya nggak. Dengan begini aja gue udah puas, simpen aja uang lo. Tapi gue musti dapetin video yang lo rekam tadi ya.”
“Nggak masalah, thanks ya!”.
Setelah Ami pergi, setiap orang kembali mengambil gilirannya atas Donna, setiap orang memperkosa Donna setidaknya dua kali. Freddy kemudian mendekat dan mengumpulkan setiap orang.
“Kita musti berterima kasih pada Ami buat hadiah ini, dan jangan lupa kita juga musti berterima kasih pada Donna atas pelayanannya. Dan setiap orang berbaris bergantian meremas buah dada Donna hingga memar keunguan.
“Pesta udah selesai sayang! Lo musti pergi dari sini.” Kata Freddy di depan wajah Donna yang setengah sadar.
“Baju saya, mana baju saya, saya mohon kembalikan baju saya.” Kata Donna lirih.
“Baju lo ada di halaman belakang, lo musti amblil sendiri soalnya kita semua mau pulang sekarang.”
Donna merangkak menuju sebuah pintu yang menghubungkan ruangan itu dengan halaman belakang villa itu. Freddy membukakan pintu bagi Donna, dan ketika Donna merangkak keluar, Freddy menendang pantat Donna hingga ia tersungkur ke halaman belakang.
Kemudian Freddy menutup pintu dan terdengar suara kunci diputar. Donna memandang sekelilingnya tapi ia tidak melihat pakaiannya. Tubuh dan rambut Donna terasa lengket dan tubuhnya menggigil kedinginan. Kemudian Donna melihat ke atas dan melihat pakaiannya di atas digantungkan di atas kawat telepon yang melintas, sama sekali tidak terjangkau oleh Donna.
Dan ketika Donna masih dalam keadaan merangkak, ia mendengar sesuatu berlari medekatinya, Donna berusaha berbalik untuk melihat siapa itu, tapi mahluk itu sudah melompat dan menyergap tubuh Donna dari belakang, sebuah penis masuk dengan mudah ke dalam vagina Donna. Donna meronta-ronta ditindih mahluk itu dari belakang, tapi ia terlalu kuat bagi Donna yang telah lemas.
Tiba-tiba penis di dalam vagina Donna bergetar dan makin membesar. Hingga seukuran pergelangan tangan Donna, penis itu terjepit di dalam vagina Donna, tanpa bisa ditarik keluar. Dan mahluk itu lalu mengonggong dan melolong, dan setelah sejam kemudian penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Donna, kemudian ditarik keluar. Donna langsung tersungkur ke depan dan berbaring telentang. Satu hal yang terlihat jelas oleh Donna adalah wajah seekor anjing besar mendekat ke wajahnya dengan lidah terjulur
No comments:
Post a Comment